Minggu, 04 September 2016

Saat Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia Bengal dan Membanting-banting Barang Majikan, Salahkah Jika Mereka Didamprat?

Bekerja merupakan satu tindak yang dibutuhkan supaya lebih mampu bertahan hidup. Tidak bekerja pun mungkin kita mampu bertahan hidup namun mungkin tidak semudah itu jika kita bertahan hidup tanpa kerja. Jika kita mengandalkan meminta tanpa bekerja maka sangat mungkin lebih sulit kita mendapatkan uang yang membuat saat kita harus mendapatkan barang kebutuhan kita, kita mungkin tidak mampu karena tidak memiliki uang.

Dalam bekerja, banyak tempat yang mampu dipilih yaitu bekerja pada dalam negeri dan luar negeri. Jika kita bekerja pada dalam negeri maka pastinya kita mendapatkan rupiah karena ada kewajiban menggunakan rupiah dan jika kita bekerja pada luar negeri maka kita mungkin mendapatkan uang lokal dari negara tempat kita mengabdi. Budaya pun tidak sama tergantung tempat kita mengabdi yang harus kita pelajari jika mungkin supaya kita lebih mampu menyesuaikan diri. Norma yang berlaku pada satu tempat pun sangat mungkin belum pasti sama jika dibandingkan tempat yang lain.

Kadang, kita mendengarkan kabar bahwa tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia mendapatkan perlakuan kasar pada luar negeri. Tidak jarang mungkin timbul kabar pemerkosaan atau pun juga penganiayaan yang dibuat ke para TKW. Ini pastinya membuat kita merasa miris terutama jika mengingat para TKW merupakan pahlawan devisa. Walaupun mungkin kabar-kabar itu mungkin benar namun sebaiknya kita melihat lebih jauh dari dua sisi, jangan dari sisi TKW saja.

Kadang, prilaku para TKW sendiri tidak mengundang rasa simpatik yaitu kadang para TKW ini membanting barang majikannya. Jika ini pun terjadi pada para TKW lain maka bos mana yang sudi barangnya rusak dibanting oleh para TKW? Apakah barnag itu milik para TKW hingga para TKW seenaknya membanting-banting barang itu? Salahkah bos jika bos marahj karena barangnya dibanting-banting oleh para TKW?

Jika pemberitaan yang ada memihak ke para TKW dan tidak mengungkap fakta-fakta dalih kekerasan terjadi ke para TKW maka para TKW ini pastilah selalu dianggap tidak bersalah. Harusnya media massa membuat kabar yang lebih berimbang dan dilihat dari dua sisi. Jangan sisi TKW saja yang banyak diungkap namun juga dari sisi majikan supaya adil dan tidak tampak bahwa TKW yang benar karena TKW dari Indonesia saja. Pastinya pemberitaan yang tidak berimbang ini membawa dampak seakan-akan TKW manusia suci walaupun sebenarnya para TKW itu yang salah.

Lewat ini, para TKW harusnya mulai menghentikan tindak seenaknya dalam membuat tugasnya sebagai TKW. Barang majikan merupakan barang majikan dan bukan barang pribadi yang membuat jika pun tidak ingin menjaga, TKW juga tidak boleh merusak. Belum lagi dalih-dalih lainnya seperti bekerja tidak becus dan lain-lain yang pastinya jika para majikan ingin merekrut TKW maka pastinya para majikan itu inginnya pekerjaan para TKW itu mampu dipertanggungjawabkan dan jika itu tidak becus walaupun dibayar, siapa yang tidak jengkel?

Kesimpulannya, tindak-tindak ke para TKW itu bukan tiap saat salah si majikan. Para TKW pun harus mulai instrospeksi dalih suatu tindak dibuat ke mereka. Jangan tiap saat menyalahkan manusia lain.